Beritakanlah Firman, Baik atau Tidak Baik Waktunya

Bacaan Alkitab

2 Tim 4: 1-5

Ef. 5: 1-21

Tanggal/Warna Liturgy 28 Juli 2019/ Hijau

Saudara-saudara… Tema perenungan ini mengingatkan kita tentang peristiwa tak kala Tuhan Yesus naik ke Surga. Dalam peristiwa itu, Ia memberi amanat kepada para murid-Nya, bahwasanya mereka harus pergi bersaksi, memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia.

Tak kala Rasul paulus menyadari akan usianya yang semakin menua, kondisi fisiknya dan kekuatannya yang semakin menurun (bd. Ay.6), ia merasa perlu mengingatkan Timotius sekaligus memberikan wejangan, supaya Timotius tidak melupakan amanat Agung yang di sampaikan Tuhan Yesus. Amanat yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh setiap pengikut Kristus, yakni bersaksi bagi Tuhan.

Banyak orang percaya  yang mengimani bahwa setiap orang yang  percaya kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk bersaksi bagi-Nya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya orang percaya enggan untuk memberitakan Injil kepada orang lain. Hal ini mungkin dikarenakan kesibukan sehari-hari dan merasa jenuh dengan kehidupan Kristen. Mungkin pula karena merasa tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan kepadanya. Atau mungkin juga ia tidak menyukai orang-orang yang diperhadapkan kepadanya. Tetapi Alkitab menyatakan, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya" (2 Tim. 4:2a).

Saudara….  Ayat ini adalah pengulangan dari amanat Tuhan Yesus. Memang perintah ini pertama-tama ditujukan kepada Timotius, tetapi bagi kita sebagai murid-murid Tuhan yang hidup di dunia dewasa inipun turut dipanggil untuk memberitakan Firman.

 Setiap orang percaya hendaklah menyadari panggilan ini (2 Tim. 4:1-2). Memberitakan Injil adalah tugas panggilan dari Tuhan sendiri, walaupun dalam kenyataan sehari-hari Ia memakai hamba-hamba-Nya untuk mengingatkan orang-orang percaya akan panggilan-Nya itu. Paulus berpesan kepada Timotius untuk memberitakan Injil atas dasar pernyataan Allah dan demi kerajaan Allah. Pesan itu disampaikan Paulus kepada Timotius di hadapan Allah dan Yesus Kristus yang menghakimi orang yang hidup dan dan mati, untuk mengingatkan Timotius bahwa panggilan itu berasal dari Allah sendiri.

Ketaatan pada panggilan Tuhan harus diwujudkan dengan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga dalam waktu yang baik atau tidak baik dia tetap dapat dipakai Tuhan untuk memberitakan firman (2 Tim. 4:2a).

Hal yang menarik dari perintah ini adalah menyangkut situasi dan kondisi dalam menyampaikan Firman “baik atau tidak baik waktunya”. Ungkapan Rasul Paulus ini tentu didasarkan atas realitas dan pengalamannya yang sering Ia alami sendiri. Bahwa dalam memberitakan Injil Rasul Paulus banyak diperhadapkan dengan tantangan dan cobaan. Situasi yang menyenangkan dan situasi yang kurang menyenangkan telah dialaminya. Dalam situasi seperti itu, ia tidak merasa takut dan cemas. Sebaliknya ia tetap memiliki semangat yang membara sebab ia yakin bahwa dibalik melaksanakan panggilanNya, Tuhan memimpin dan menyertainya. 

Saudara… !!! memberitakan Firman bukanlah semata-mata tugas seorang ‘pendeta’, atau ‘penatua’, diaken,  ‘penginjil’, dll. Memberitakan firman adalah panggilan kita bersama. Kita semua, saudara-saudara dan saya memiliki kewajiban ini.

Pertanyaan: mengapa Firman harus diberitakan?... jawabnya sederhana:

Pertama,  “Akan datang waktunya orang tidak dapat menerima ajaran sehat.

Ingatlah saudara, bahwa makin hari zaman makin berkembang. Prilaku manusiapun juga sering dirobah oleh perkembangan zaman. Pola hidup manusia cenderung mulai individualis. Manusia bukan lagi sebagai mahluk humanis, yang selalu ramah dan lemah lembut dan bersosialisasi dengan sesamanya. Tetapi cenderung menjadi mahluk “homo homini lupus” menjadi serigala bagi sesamanya. Banyak manusia yang prilakunya sudah mulai menyimpang dari kehendak Tuhan. Penyimpangan perilaku itu bukan saja dipengaruhi oleh lingkungan tetapi juga oleh perkembangan zaman ini. Anak muda sekarang menyebut zaman  now.

Nah… coba kita bayangkan andaikata setiap orang sudah tidak dapat menerima ajaran sehat lagi… apa jadinya dunia ini. Dunia pasti kacau, penuh kejahatan, kerusuhan, peperangan, ketidak adilan bahkan pembunuhan.

Kedua: karena Firman itu adalah perintah, petunjuk, peraturan dan juga larangan bagi kehidupan manusia. Melalui Firman manusia dibimbing untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah, mana yang dikehendaki Tuhan dan mana yang dilarang oleh Tuhan.

Dengan kata lain, Firman diberitakan supaya manusia mengerti kehendak Allah dan hidup benar dihadapanNya. Jadi firman diberitakan supaya perilaku manusia dipengaruhi olehnya, oleh Firman itu sendiri.

Ketiga,  bahwa orang yang memberitakan firman harus menguasai diri. Menguasai diri berarti sadar dalam segala hal, penguasaan diri harus dibarengi dengan sikap sabar. Jangan memakai penderitaan sebagai alat untuk bersikap kasar kepada orang lain. Namun melalui penderitaan kita terus menunaikan tugas pelayanan. Kita memberitakan firman lewat nasihat-nasihat, tegoran, menyatakan apa yang salah, melawan ajaran yang sesat, lewat perilaku, sikap, prinsip hidup kita. Sehingga kita menjadi surat Kristus yang terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang di sekitar kita.

Saudara…. Melayani Tuhan bukanlah hal yang mudah. Harus disertai dengan penyangkalan diri. 

Dalam pelayanan banyak yang harus kita korbankan. Kadangkala bukan darah yang tertumpah tapi harga diri, sifat-sifat kedagingan kita yang harus kita tanggalkan. Tanpa pengorbanan dalam pelayanan tiada kemuliaan. Karena itu kita harus berani berkorban demi Kristus dalam pelayanan kita.

Ingatlah bahwa kita memberitakan firman Tuhan, bukan semata-mata karena  keinginan kita sendiri, melainkan Allah sendiri menghendaki kita memberitakannya. Firman Tuhan itu punya kuasa untuk menyatakan apa yang salah dan menasehati orang untuk hidup dalam kebenaran (2 Tim. 4:2b). Ya, semua yang tertulis dalam Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kehendak Allah. (2 Tim. 3:16). Tugas memberitakan Injil memang tidak mudah, karena pada zaman akhir kebanyakan orang tidak mau menerima ajaran yang sehat, dan lebih suka kepada berita yang memuaskan keinginan telinganya (2 Tim. 4:3). Mereka memalingkan telinga mereka dari kebenaran, dan membukanya bagi dongeng (2 Tim. 4:4). Dalam keadaan yang sulit pada akhir zaman ini, orang-orang percaya harus tetap setia memberitakan firman Tuhan.

Tuhan sudah memanggil kita. Marilah kita meresponi panggilan Tuhan dengan ketaatan. Biarlah setiap kita dapat berkata: "Tuhan memanggil, maka aku taat!".

Jika kita telah mengetahui apa arti pelayanan dan menyadari tugas panggilan itu, maka nantikanlah hasilnya. Pasti akan terjadi perubahan besar dalam hidup kita. Perubahan suasana hidup yang diliputi kehendak Allah yang membawa damai bagi hidup kita bersama. amin.

 

Membagikan