Keluarga Kristen Yang Bertumbuh dalam Iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Bacaan Alkitab |
Matius 11: 25-30 Perbandingan Mazmur 95:1-11 |
Tanggal/Warna Liturgy | 24 Februari 2019/Putih |
A. Prolog.
Salam Sejahtera. Jemaat sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus.
Di era milenium sekarang ini, lahirlah istilah yang disebut generasi milenial dan selanjutnya masyarakat milenial. Kelahiran tahun 1990 an dan tahun 2000 an ke atas. Istilah yang cukup pas untuk menggambarkan gaya hidup generasi abad 21 sekarang ini. Bahkan sering juga disebut generasi jaman "now" , (sebuah istilah yang sebenarnya tidak sejalan dengan gerakan penggunaan bahasa Indonesia yang benar, karena mencampur adukkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris). Saudara-saudara, merupakan hal yang tidak mungkin, ketika kita menyamakan situasi dan kondisikehidupan yang terjadi puluhan tahun yang lalu dengan kehidupan kekinian. Kondisi yang terjadi pada zaman orang tua kita atau kita sekarang yang sudah menjalani usia 40 an dan 50 an tahun ke atas tentu memiliki perbedaan yang cukup besar, dengan kata lain ada begitu banyak perbedaan antara generasi yang lahir sampai tahun 1970 an dengan generasi yang lahir tahun 1980 an ke atas, kondisi ini merupakan sebuah keniscayaan (pasti, tidak boleh tidak) yang harus disikapi dengan kearifan. Perbedaan yang tidak sedikit itu, memberi pengaruh dalam membangun dan mengembangkan relasi di antara kita, entahkah relasi atau hubungan dalam sebuah keluarga, masyarakat atau komunitas tertentu.
Tema renungan firman Tuhan hari ini: Keluarga Kristen Yang Bertumbuh Dalam Iman Kepada Tuhan Yesus Kristus, merupakan sebuah pernyataan tentang gambaran atau identitas dari sebuah persekutuan kecil yang di sebut KELUARGA KRISTEN. Sebagai keluarga, maka keluarga Kristen secara umum tidak berbeda dari keluarga lainnya dalam masyarakat. Kehidupan yang di jalani dengan perjuangan, berbagai masalah tetapi juga dengan upaya-upaya untuk menggapai harapan, semuanya mewarnai kehidupan setiap keluarga. Lalu bagaimana dengan keluarga kita, dengan label atau identitas Keluarga Kristen ? Apa yang menarik, yang dapat dijadikan teladan atau contoh yang baik untuk kehidupan di sekitarnya?
B. Tafsiran/Pendalaman Teks
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus. Sangat jelas melalui Injil Matius, bagaimana Tuhan Yesus Kristus hadir dalam kehidupan orang percaya. Kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kehidupan orang percaya adalah untuk meneguhkan kehadiran Allah bagi dunia ini. Bahwa Allah sungguh hadir di dalam kehidupan umatNya dan kehadiranNya di dalam dan melalui Yesus Kristus menyatakan betapa Allah peduli dengan kehidupan setiap orang. Seluruh kehadiran Yesus membuktikan kepedulian dan keberpihakanNya (solidaritas) kepada setiap orang dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Bacaan Alkitab hari ini, menyaksikan kepada para pendengar dan pembaca kuasa dan kasih Allah yang dinyatakan oleh Yesus. Pertanyaan Yohanes Pembaptis kepada Yesus, yang saat itu berada dalam penjara dan menyuruh muridnya menemui Yesus, menunjukkan keraguan dan sekaligus meminta penegasan. “Engkaukah yang akan datang atau haruskah kami menantikan yang lain? Jawaban Yesus tentang siapa diriNya jelas terlihat dalam Mat 11: 4-6 : “Pergilah dan katakanlah pada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku“. Dibalik pernyataan Yesus itu, tersirat maksud untuk mengatakan bahwa hidup dan pekerjaan Yesus adalah untuk menunjukkan keAllahan dalam diriNya. Allah yang telah datang ke dalam kehidupan manusia melalui hidup dan karyaNya.
Memahami ajakan atau undangan Yesus kepada orang banyak untuk datang kepadaNya, oleh karena hanya melalui Dialah orang dapat mengenal Allah yang mahakasih dan mahakuasa. Dengan seluruh hidup dan pelayanan Yesus, maka bagi dunia ini dinyatakan Allah yang sungguh dekat dengan umatNya. Allah yang turut terlibat dalam kehidupan manusia yang mengalami berbagai penderitaan dan dosa. Kondisi yang tidak mungkin diselesaikan oleh manusia, kecuali dengan campur tangan Allah saja. Karena itu, ajakan atau undangan Tuhan Yesus merupakan tawaran yang ditujukan kepada setiap orang, agar setiap orang mengenal Allah dan menjadikan Dia Juru selamat dalam hidupnya. Setiap orang yang menerimaNya memiliki hubungan yang karib, hidup dalam persekutuan dengan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.“ Undangan atau ajakan Tuhan Yesus ini, disertai dengan keterangan tentang sifat dan karakter dari pribadi yang menawarkan undangan atau yang mengajak. Dan tentang sesuatu yang yang dapat diperoleh jika seseorang memenuhi ajakan untuk datang kepadaNya.
Rasa empati dan keberpihakan Allah kepada setiap orang melaui ajakan ini, mengandung maksud agar setiap orang yang memenuhi ajakanNya, sungguh-sungguh dapat merasakan kehadiran Allah yang penuh kuasa dan kasih. Sifat dan hakekat Allah dalam ajakan atau undangan itu digambarkan sebagai Sosok yang lemah lembut dan rendah hati, dan itulah antara lain sifat Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Menarik bahwa gambaran tentang sifat Allah yang ditonjolkan dalam teks ini adalah kelemahlembutan dan kerendahan hati. Dengan sedikit berimajinasi, maka orang yang hidup menanggung berbagai persoalan, kemungkinan besar akan datang kepada orang yang dapat mengerti keadaan dan menghargai setiap orang serta menerima apa adanya. Dalam konteks ini, maka sosok yang dibutuhkan sungguh tergambar dalam pribadi yang lemah lembut dan rendah hati, dan itulah Allah di dalam Yesus yang berbelarasa atas keberadaan umatNya. Karena itu jugalah maka “kuk“ yang di pasang untuk di pikul, bukan beban yang memberatkan, melainkan beban yang ringan . (bnd. Kuk yang dipasang di atas pundak lembu yang siap membajak dengan tujuan agar lembu tersebut tetap mengarah ke depan, taat/patuh atas perintah tuannya. Dalam kekristenan , “ kuk“ merupakan simbol dari penundukan terhadap Allah. Stola yang di gunakan oleh para hamba Tuhan/pendeta dan majelis saat melayani, merupakan simbol dari “kuk“ yang di pasang pada pundak, yang dimaknai sebagai penundukan terhadap otoritas Allah dan firmanNya yang diberitakan. Tradisi penggunaan stolla ini dimulai/muncul pada abad ke 4 di gereja Timur).Menerima kuk dari Kristus yang lemah lembut dan rendah hati, merupakan sebuah anugerah, karena kuk tersebut justru memberikan ketenangan pada jiwa. Dalam hal inilah keajaiban anugerah Allah dinyatakan, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, firman Allah yang telah datang ke dalam dunia. Kebenaran firman Allah yang mutlak dalam diri Yesus Kristus adalah untuk diyakini dan dilakukan, sebuah keharusan, tetapi membawa pada kepada ketenangan jiwa ( kepastian atas keselamatan dan hidup kekal).
C. Aplikasi/Penerapan.
1. Kepada setiap orang Tuhan Yesus menawarkan kehidupan yang sejati. Kehidupan di mana Tuhan Yesus sendiri yang menjadi pemimpinNya. Undangan untuk memiliki kehidupan yang sarat makna. Keshidupan yang menunjukkan sikap solidaritas Yesus terhadap orang-orang yang kehidupannya tidak berkelas atau terabaikan dalam strata sosial. Ajakan tersebut untuk memproklamirkan keberpihakan Allah kepada setiap orang dalam berbagai situasi kehidupan yang di alami. Maksudnya, agar setiap orang memiliki keyakinan dan pengharapan yang teguh kepada Tuhan dalam menjalani kehidupannya, walaupun realita yang di hadapinya adalah berbagai kesulitan dan penderitaan.
2. Selaku keluarga Kristen yang terdiri dari pribadi-pribadi yang berbeda, tentu tidak mudah untuk menyatukan visi dan misi, meskipun dalam wadah rumah tangga dan keluarga. Beragam keinginan, kebutuhan, kesukaan dan karakter tentu sangat berpengaruh. Di tambah lagi dengan situasi dan kondisi pada zaman ini, yang menimbulkan cara pandang yang berbeda di antara generasi, orang tua, anak dan cucu pun dengan cicit. Peran orang tua dan orang dewasa sangat penting dalam keberagaman ini. Diperlukan pola, norma atau nilai yang menjadi dasar atau pondasi, yang olehnya setiap anggota keluarga atau rumah tangga memiliki pijakan yang kokoh untuk menjalani kehidupannya. Keluarga yang hidup dengan norma atau nilai yang benar tentu akan mampu menghadapi realita kehidupan kesehariannya. Orang tua dan orang dewasa berinisiatif dan memutuskan untuk menempatkan diri sebagai pengajar, pembimbing sekaligus sebagai teladan bagi anak-anak ataupun cucu dalam sebuah keluarga (bnd. Ul. 4: 9, Ul 6:4-9; Yosua 24: 15 b ; 2 Tim. 1:5, 2 Tim 3:14). Tuhan Yesus dan firman Allah adalah nilai, norma, hukum yang utama, yang menjadi acuan,pedoman dan terang bagi perangkat aturan lainnya (tradisi, budaya) untuk setiap keluarga Kristen.
3. Menempatkan Yesus Kristus selaku Kepala atau Pemimpin juga berlaku di dalam kehidupan setiap pribadi sebagai anggota keluarga, walaupun rasul Paulus dalam suratnya berbicara konteks jemaat atau persekutuan ( 1 Kor 12: 12-27). Dengan analogi tubuh yang terdiri dari anggota tubuh yang berbeda, namun merupakan kesatuan yang saling membutuhkan dan menopang, yang memiliki kepala sebagai yang memimpin, mengendalikan, maka keluargapun dapat mengalami kehidupan yang utuh dan harmonis. Karena itu, ketekunan untuk mempelajari Alkitab dan merenungkannya, ibadah bersama sebagai keluarga menjadi kegiatan yang harus dibudayakan oleh setiap keluarga Kristen (bnd.peribahasa “ ala bisa karena biasa” dan PGI menggagas gerakan 1821, yaitu: mulai pukul 6 sore sampai pukul 9 malam semua anggota keluarga mennonaktifkan alat-alat elektronik dalam rumah: hp, laptop, tv dan melakukan kegiatan 3B. Tiga B yaitu:1. Belajar: baca Alkitab/beridah/berdoa. 2. Bercerita/sharing/berdiskusi. 3. Bermain bersama/melakukan tugas-tugas dalam rumah). Pilihan ini merupakan cara dan pendekatan bagi setiap orang untuk meminimalisir ataupun menghentikan kebiasaan yang salah serta sikap “kecanduan” terhadap gadget/smartphone yang kehadirannya hampi-hampir mendominasi/menguasai ruang gerak dan waktu kita, tidak hanya di saat santai tetapi juga saat-saat ibadah, ketika kita sedang mengalami persekutuan dengan Tuhan dalam pemberitaan firman, nyanyian dan doa.
Penggunaan benda ini yang begitu kuat daya tariknya untuk mengakses tawaran dunia maya lewat media sosial, sangat perlu disikapi dengan arif, apalagi jika penggunanya anak-anak kecil dan usia sekolah (sebenarnya belum menjadi kebutuhan). Perlu dan pentingnya aturan dan disiplin, jika kita tidak ingin menyesal di kemudian hari, juga teladan dari orang tua/dewasa. Beberapa orang tua sudah mulai kewalahan untuk menghentikan anak-anaknya yang sudah terbiasa menggunakan gadget/smartphone atau hp pintar. Mulai dari malas belajar, malas makan sampai kepada ketidakpedulian terhadap suara yang memanggil-mangil dan kecenderungan lainnya yang berdampak negatif/gangguan terhadap kesehatan psikis (rohani,jiwa dan mental) pun gangguan terhadap kesehatan pisik atau tubuh. Padahal untuk perkembangan optimal fisik dan psikhis bagi seorang anak, harus terjadi melalui otak, perasaan dan gerak (intelektual, afeksi dan motorik).
4. Keluarga, dalam hal ini orang tua dan orang dewasa lainnya selaku anggota keluarga menyepakati meletakkan dasar atau fondasi dalam keluarga, yaitu firmanTuhan untuk menguatkan sendi-sendi keluarga menghadapi berbagai pengaruh dan godaan. Kebenaran firman Tuhan yang dengan tekun dibaca, direnungkan dan di praktekkan (bnd. Mat. 7:24-29). Perubahan dan perkembangan sains dan teknologi computer merupakan hasil karya manusia dari generasi ke generasi sebagi sebuah kemajuan yang yang terus berlanjut. Tentu kita patut bersyukur kepada Tuhan Sang Hikmat, sumber pengetahuan, namun Tuhan dan kebenaran firman merupakan dasar dari untuk memperoleh segala pengetahuan (bnd. 1 Kor. 1: 30 yang menjadi tema natal tahun 2018 Yesus Kristus Hikmat bagi kita).
5. Setiap anggota keluarga mulai dari anak sampai orang tua, perlu terlibat dan berkontribusi untuk menyepakati nilai atau aturan yang yang patut ditumbuhkembangkan dalam keluarga, sehingga keluarga memiliki dasar yang kuat,teguh menyangkut kehidupan berimannya di hadapan Tuhan. Kita menyadari bahwa arus dan tekanan dari lingkungan dan dunia sekitar kita terus menggoda dengan menawarkan kenikmatan dan cara hidup yang instan, tetapi jika setiap anggota keluarga sudah hidup di atas dasar yang kokoh dan benar, yaitu Tuhan Yesus dan firmanNya, maka lingkungan yang buruk di mana keluarga kita menjalani kehidupannya, sulit untuk mempengaruhi atau merusak kehidupan setiap anggota keluarga kita.
6. Di masyarakat kita, nilai-nilai kehidupan sejati telah mengalami degradasi (kemerosotan/kemunduran). Fenomena ini sangat penting untuk menjadi perhatian setiap keluarga Kristen dan gereja. Melakukan pendekatan, pembinaan dan pengajaran yang intens, khusunya kepada anak-anak, remaja dan pemuda. Keluarga dan gereja (pelayan gereja) perlu melibatkan mereka, selaku generasi gereja untuk merancang/mendesain program-program tahunan pun untuk jangka panjang, sehingga sinergis dengan kebutuhan dan situasi yang di hadapi. Dengan pendekatan yang berbasis partisipatif, generasi muda diharapkan mampu mengekspresikan dan mendialogkan imannya dengan benar, di tengah-tengah arus dan tantangan zamannya (bnd. Mat 5:37, 48). Terpujilah Tuhan Yesus dan firmanNya. (BE)