KRISTUS MATI BAGI KITA

Bacaan Alkitab

Lukas 23 : 26 – 49

Bacaan Pembanding: I Petrus 1 : 18 -19

Tanggal/Warna Liturgy 19 April 2019 (Hitam/Jumat Agung)

I. PENDAHULUAN:

Mati demi membela seorang raja atau mati untuk orang dikenal, disayangi dan dicintai merupakan hal heroik sekaligus akan meninggalkan kesan positif berupa kenangan yang melegenda dihati maupun di masyarakat . Perhatikanlah misalnya: kisah cinta Rose dan Jack di kapal Titanic yang tenggelam; Kamikaze, pasukan berani mati milik Angkatan Udara Jepang yang rela menabrakkan pesawatnya dengan kapal Angkata Laut Amerika Serikat saat perang dunia ke-2; atau seorang yang rela mati demi cintanya kepada kekasih hati.

Kematian demi orang yang dikenal; kematian demi orang yang pernah dijumpai;  demi orang yang selevel atau kematian untuk orang yang punya kedudukan dan kuasa seringkali menjadi sesuatu yang dikagumi dan sulit dilupakan mengingat cinta, jasa dan kepahlawanannya.

Di Ibadah Jumat Agung saat ini, semua yang menyebut dirinya Kristen di refresh – disadarkan -

diingatkan kembali bahwa yang mati di kayu salib adalah demi demi dosa manusia. Sang Mesias-lah yang mati! Tuhan-nya kita, namaNya adalah Yesus Kristus! Ia bukan rakyat biasa; levelnya jauh diatas kita; Ia punya kuasa bahkan berkuasa atas semua ciptaan; tahtaNya adalah sorga; Ia datang sebagai Anak  Domba Allah dan  sudah ditetapkan  oleh  Allah  bukan untuk pamer,  bukan untuk  dilayani melainkan untuk melayani orang berdosa supaya dosa terhapuskan dan hubungan manusia dengan Sang PenciptaNya kembali baik seperti di Taman Eden.

Di zaman para murid bahkan sampai saat ini, selain Tuhan dan Allah, Yesus Kristus juga adalah Guru, Nabi, Imam dan Raja. Dan ditengah kemasyuran dan keagungan namaNya, Yesus yang adalah Tuhan atas kehidupan ini rela menjadi orang terhina dan mati demi manusia – demi kita yang boleh dibilang “kita tak pernah melihatnya secara langsung – kita tak pernah berjumpa muka” kecuali melihat gambar diri-Nya di dinding – dinding rumah.

Derita dan kematian Kristus di kayu salib melampaui kisah nyata apapun yang pernah ditorehkan di bumi dan disorga sebab 3 hari setelah mati Ia bangkit bahkan 40 hari kemudian, Tuhan Yesus Kristus naik ke sorga. KematianNya di Golgota mengerikan, mengharukan, mendatangkan penyesalan dan pertobatan serta melunaskan segala utang dosa manusia – darahNya membersihkan dosa-dosa kita – membersihkan dosa-dosa anda dan saya.

Yesus Kristus berasal dari Allah dan Dia adalah Tuhan bagi kita. Dalam kapasitas yang demikian, Kristus rela menderita dan mati bagi kita – “mati bagiku”.  Luar biasa dan sangat istimewa!

II. PENDALAMAN TEKS:

Bahwa ketika vonis salib telah putus, Tuhan Yesus-pun di bawa ke bukit Golgota untuk di eksekusi mati. Dalam hal ini, Sang Mesias tidak takut dan tidak kehilangan kesabaran melainkan tetap focus, sabar dan tenang melaksanakan tugas penebusan dan penyelamatan bagi manusia – bagi kita walaupun Ia harus disamakan serta disalibkan bersama penjahat (lih. Yes. 52:13-53:12). Bahkan bila ditelusuri sejak persidangan sampai dengan vonis penyaliban, dapat dikatakan cukup cepat prosesnya yakni kira-kira 4 sampai 6 jam; pengadilannya-pun tidak adil dan penuh kekerasan; Imam Besar serta imam-imam kepala,  Ahli-ahli Taurat dan segenap rombongan nampak  tergesa-gesa karena ingin cepat-cepat memuaskan hasrat dengan melihat Yesus yang tidak mereka sukai disalibkan.

Beratnya hukuman yang segera dijalani oleh Sang Penebus – Yesus Kristus, tidak menggetarkan hatinya menuju tempat penyaliban, karena apa?......karena Ia setia, karena Ia taat kepada Bapa! Untuk

apa?.......Untuk menebus hidup kita dari dosa sehingga anda, saya dan semua orang yang percaya terbebas dari dosa, diselamatkan dan beroleh hidup kekal.

Sebagai Kristus atau Mesias, Yesus di via dolorosa masih berkesempatan merespon tangisan dan ratapan para perempuan (Luk. 23:27) dengan cara yang kontras yakni Yesus melarang mereka menangisi-Nya. Maksudnya adalah tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (ayat 28) Disini Tuhan Yesus sedang mengalihkan fokus mereka dari derita diri-Nya kepada penderitaan yang akan mereka alami atau yang akan di alami oleh anak-anak dan cucu-cucu mereka sehubungan dengan takluknya Yerusalem dan hancurnya Bait Suci oleh kaisar Titus dari Romawi tahun 70 Masehi. Itulah mengapa, Tuhan Yesus kemudian berkata: “Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! Dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” (Luk. 23:29-31)

Hukuman kitalah yang ditanggung Tuhan Yesus di atas kayu salib dan dalam hal ini Ia menjalani-Nya

tanpa rintihan, tanpa protes, tanpa keluhan serta dengan bertanggung jawab, Yesus maju dan merelakan diriNya disalibkan di Bukit Tengkorak. Respon Tuhan Yesus terhadap apa yang menimpanya bersesuaian dengan nubuat Nabi Yesaya (Yes. 53:7-8) sbb: “Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa kepembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.”

Pemerontakan kita-lah atau karena dosa kita-lah, Yesus yang baik; Yesus yang benar; Yesus yang tak bersalah dan tak berdosa menjadi seorang yang harus tersalib diatas bukit Golgota. Sebuah harga yang tak dapat dinilai oleh apapun, mengingat kita tak pernah berjumpa muka secara langsung dengan- Nya, namun bersedia menanggung dosa kita walaupun untuk itu Tuhan Yesus harus diperlakukan tidak adil, disiksa, dicemooh, dipermalukan didepan umum dengan cara diarak bersama para pelaku kejahatan serta disalibkan diantara orang-orang jahat. Yesus mati supaya pintu Kerajaan Sorga terbuka bagi semua orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya (bdk. Yoh. 10:17-18; Yoh. 3:16-18). Diatas kayu salib yang situasi dan kondisinya boleh dibilang tragis, menyakitkan, memilukan dan memalukan, Yesus Tuhan kita, tetap konsisten dengan kasihnya kepada manusia tanpa memandang muka. Diatas kayu salib dengan darah yang bercucuran, Yesus melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang mengolok-oloknya; kepada orang-orang yang merasa puas telah membalaskan dendam dan sakit hatinya (ayat 34). Di atas kayu salib dengan darah yang bercucuran, Tuhan Yesus Kristus yang baik hati   membuka pintu sorga bagi seorang penjahat yang berani menyatakan kebenaran ditengah penghinaan dan olok-olok yang diterima Tuhan Yesus. Penjahat yang menyatakan kebenaran itu, sadar betul bahwa dibalik kematian ada kehidupan dan ia percaya Tuhan Yesus sanggup memberikan kepadanya kehidupan kekal. Adapun ungkapan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sbb: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (ayat 42). Dan respon Yesus atas permohonan tersebut jelas dan tegas serta disaksikan oleh orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok diriNya, yang mana mereka semua sedang mengalami kebutaan rohani sehingga tidak dapat melihat karya keselamatan yang dilakukan Kristus. Pada Lukas 23:43 Tuhan Yesus memberi jawab permohonan satu orang jahat yang bertobat demikian:  “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada kata terlambat bagi setiap orang yang mau menyadari akan kesalahan dan dosanya di hadapan Tuhan Yesus Kristus.

Saat Sang Mesias mati di atas kayu salib kira-kira jam 12 siang, cakrawala bagai turut berduka cita dengan tanda kegelapan selama tiga jam. Bahkan tabir Bait Suci terbelah dua yang menunjukkan

pengorbananNya diterima sekaligus mengumumkan kepada segenap tokoh-tokoh agama dan segenap lapisan masyarakat bahwa telah terbuka jalan masuk kehadirat Allah bagi pendosa – bagi siapapun yang mau percaya dan bertobat (lih. Luk. 23:44-45).

Kristus mati bagi kita supaya kita menjadi kudus dihadapan Bapa. Itu sebabnya Ia menyerahkan nyawaNya bukan kepada siapa-siapa melainkan kepada Bapa (ayat 46). Nyawanya terambil bukan karena manusia menghendakinya, tapi Ia sendiri yang merelakanNya.

Kerelaan Kristus mati mengguncang semua orang di Golgota, termasuk kepala pasukan yang menjadi

penanggung jawab penyaliban (ayat 47-48). Bahwa kematian Kristus membuat banyak saksi mata menyesal, hal tersebut benar adanya! Faktanya: sebuah pengakuan “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” (ayat 47) dan lagi “melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.” (ayat 48)

III.  APLIKASI:

Kesadaran akan makna penderitaan dan kematian Kristus di kayu salib sungguh akan membantu kita bukan hanya mengenang, bersedih namun lebih dari itu, bahwa hidup pertobatan ini senantiasa diisi dengan kerelaan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan atas hidup ini walaupun kita belum pernah berjumpah muka dengan-Nya.

Ketuhanan Yesus atas hidup ini yang diawali oleh penerimaan dan kesadaran betapa besar kasih setia dan pengorbanan Tuhan demi penebusan dan keselamatan kita, akan sangat membantu setiap orang Kristen menjalani kehidupan ini walaupun hari-hari yang dilewatinya pedis dan getir.

Tuhan Yesus Kristus sudah menderita dan mati buat kita! Sekarang, maukah kita bersikap menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan; mau kah kita bersikap berani menyatakan kebenaran yang disertai dengan iman yang kokoh seperti salah seorang penjahat yang bertobat? Hidup kekristenan ini, bukan sekedar meratap; bukan sekedar merayakan hari-hari besar Kristen melainkan lebih dari itu, sebagai gereja, kita harus bersedia dikucilkan; di pergunjingkan dan bahkan mungkin luka fisik untuk sebuah keberanian menyatakan kebenaran/Injil ditengah ketidakbenaran. Iman Kristen bukan untuk didiamkan, iman Kristen yang kita miliki hendaklah dibuktikan melalui pola hidup.

Setiap orang yang memandang salib Kristus dan menerimanya sebagai penebusan atas dirinya, tidak sekedar pulang sambil memukul-mukul diri alias menyesal melainkan lebih dari itu, ia hendaknya pulang dengan iman yang semakin kokoh untuk menceriterakan karya penebusan Kristus di atas kayu salib kepada siapapun walaupun untuk itu, ia harus menanggung resiko.

Pintu sorga senantiasa terbuka untuk mereka yang sungguh-sungguh bertobat dan beriman kepada

Tuhan Yesus Kristus. Amin.   (Ywan)

Membagikan

Dorongan Anda sangat berharga bagi kami

Cerita Anda membantu mewujudkan situs web seperti ini.