GEREJA YANG SALING PEDULI
Pembacaan Alkitab |
Lukas 17:1-6 Galatia 6:1-10 |
Tanggal/Warna Liturgy | 14 Juli 2019/Hijau |
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus…!
Ketika Yesus, bercerita tentang seorang hamba, yang setelah bekerja seharian di ladang tuannya, ia tidak diizinkan untuk makan terlebih dahulu, sebelum ia menyiapkan makanan untuk tuannya. Ia pun harus berdiri disamping tuannya itu selesai makan. Yesus menambahkan bahwa tuannya itu sedikit pun tidak menghargai hambanya, bahkan ucapan terima kasih pun tidak setelah ia makan, disini menunjukan adanya ketidakpedualian dengan sesama..! Nah, melalui kisah ini, ketika kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan dalam dunia ini, saya yakin, tidak ada diantara kita yang mau memposisikan dirinya sebagai seorang hamba. Pasti, kita semua akan lebih mudah memilih memposisikan diri sebagai seorang tuan.
Mengapa…!! Karena, menjadi tuan adalah pilihan yang tepat. Dan menjadi hamba adalah pilihan yang kurang tepat. Masalahnya, kita semua telah berkomitment untuk menjadi orang Kristen, bahwa menjadi pengikut Kristus sudah dipastikan hidupnya istimewa di hadapan Allah. Kita merenungkan bahwa, bagi pandangan orang Yahudi, sosok Mesias adalah sosok yang datang sebagai tuan atau penguasa. Berbanding terbalik dengan status Mesias yang disandang oleh Yesus Kristus, yang tidak memposisikan diri-Nya sebagai tuan, melainkan justru ia menghamba (menjadi seorang hamba atau pelayan). Yesus Kristus, justru dari awal pelayanan-Nya sampai ia terangkat ke sorga pun, pelayanan sebagai hamba masih terus Dia lakukan sampai sekarang ini, kepada kita. Itulah hebatnya, seorang Gembala yang baik, sebagai Tuhan yang dinantikan untuk datang sebagai pembebas bagi mereka yang berada dalam kelemahan. Seorang pemimpin yang memiliki hati kepedulian besar yang diajar Tuhan kepada kita semua. Persoalannya, masih adakah rasa kepedulian diantara kita sebagai Gereja Tuhan… atau semuanya itu hanyalah sebatas konsep pribadi kita..?
Sudara-saudara yang dikasihi Tuhan…! Sesungguhnya konteks ini, Tuhan Yesus, sedang berkata pada para murid-Nya untuk berhati-hati agar mereka tidak mengabaikan sesamanya, bahkan yang paling hina sekalipun. Mereka juga harus menegor orang-orang yang berdosa dan tidak pernah berhenti mengampuni mereka. Siapa yang dimaksud Yesus, “mereka” itu..?.
Saudara-saudara yg dikasihi Tuhan…! Untuk lebih jauh memahami siapa “mereka’, terlebih dahulu kita memahami bahwa Cara berfikir sang penulis Lukas, sesungguhnya sangat tajam, teliti dan terbuka. Ia ingin mengurangi penderitaan, namun tetap sedia memaafkan kodrat manusiawi yang lemah. Ia hanya benci kepada para orang-orang Penipu dan kaum Munafik yang merasa hebat dengan nilai-nilai keagamaan yang mereka miliki. Nah, dalam injil Lukas, justru sedang menyeroti “keadaan jiwa”, atau bagaimana reaksi atas orang banyak, dan bagaimana sikap batin mereka. Karena menarik, ia justru dipakai Tuhan, bukan berasal dari lingkungan Yahudi dan karena ia sering mengadakan perjalanan, termasuk mendampingi Rasul Paulus dalam berbagai tempat, maka prasangka kebangsaannya terkikis habis. Dengan penuh rasa simpati, Lukas dapat menulis Injilnya, untuk orang-orang Yahudi dan ia lebih fokus terhadap mereka yang non-Yahudi, yang ketika mereka menerima pengajaran, lalu kemudian mereka bertobat dan menerima Yesus sebagai juruslamatnya, namun bagi orang Yahudi justru dipenuhi dengan pertimbangan dan keragu-raguan akan keselamatan.
Saudara-saudara…! Jika kita mendalami lebih dalam, maka dalam tulisan-tulisan Lukas nampak bahwa, ada daya cipta seorang seniman, yang Halus dan Lembut perasaannya. Meskipun ia tetap menghormati sumber-sumber yang dipakainya dan tetap obyektif. Dan justru itulah Lukas tidak hanya memperkenalkan Roh kekristenan melalui tulisan-tulisannya, melainkan juga kepada semua orang bahkan bagi mereka yang bukan Kristen, sebab fokus utama dalam setiap pengajarannya adalah tentang kehadiran Allah, melalui ke-Ilahian Yesus Kristus sebagai Sumber Kebenaran yang patut didengarkan dan dilakukan dalam Iman.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan…sebagai orang Kristen, kita menyadari bahwa kita telah hidup dalam keselamatan-Nya. Nah, seringkali keselamatan itu, belum kita memahami secara sempurna. Sehingga terjadilah penyesatan dimana-mana. Lalu, ada orang-orang, yang dengan percaya diri membangun pengajaran firman dalam konsep dan cara berfikirnya mereka sendiri. Padahal, tanpa disadari pengajaran yang diberikannya dapat menjadi batu sandungan, namun demikian murka Allah akan meledak atas orang yang mengajar orang lain yang murni hatinya tentang caranya berdosa. Maksudnya apa..! Maksudnya, adalah waspadalah kita yang tidak belajar memahami dengan baik tentang Alkitab; misalnya, lalu tanpa persiapan tentang firman Tuhan, kemudian seolah-olah kita telah tahu banyak, kemudian dengan percaya diri kita mulai mengajarkan hal itu kepada mereka yang lemah dengan cara berfikir kita, sementara kita pun belum mengerti dengan benar maksud firman Tuhan. Sehingga dampaknya, keraguan atas cara ber-Iman munculah dimana-mana. Itulah yang disebut penyesatan pengajaran, bagi Lukas, hendak mengatakan bahwa lebih baik orang semacam itu sejak dahulu sudah mati secara mengerikan (1-3a). Rasul Paulus pun mengatakan bahwa “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri” (Gal.6:3). Oleh karena itu, kepedulian kita atas pengajaran firman, hendaknya dimulai dari bagaimana kita harus memahami bahwa tidak boleh ada penyesatan, atau membiarkan diri disesatkan, karena hal demikian itu adalah dosa atau kekejian bagi Tuhan.
Sudara-saudara yang dikasihi Tuhan…! Ketika firman dalam injil lukas ini mengatakan; “Jagalah dirimu”, itu berarti bahwa kita harus sadar bahwa, sesungguhnya kita ini lemah;, mungkin saudara mempunyai pengetahuan intelektual yang hebat, punyai kemampuan materi/kekayaan yang hebat, atau bahkan mungkin engkau merasa sebagai yang ditokohkan dalam gereja, namun jika engkau tidak berhikmat, atau mau dengan sedia merendahkan diri di hadapan Tuhan, maka dengan percaya diri engkau pun akan mengatakan hal yang sama; “Tambahkanlah iman kami”! maka kelak jawaban Tuhan adalah Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal 6:7) sebab barang siapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barang siapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Oleh karena itu, janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apa bila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Gal 6:9).
TERAPAN
Saudara-saudara yang dikassihi Tuhan Yesus Kristus….!! Sudah benar, bahwa Gereja hadir ke dalam dunia agar dunia tahu bahwa kerajaan Allah hadir telah memerintah dan berkuasa. Bukti bahwa, Allah hadir memperdamaikan diri-Nya dengan manusia berdosa adalah visi yang jelas. Bukti bahwa, pemahaman orang Yahudi bahwa Tuhan Allah adalah sosok yang abstrak, justru Dia hadir dalam wujud manusia yang melayani. Ingat, kita semua, telah terhisap dalam konsep Gereja atau konsep kerajaan Allah, bahwa kita harus Bersekutu, Bersaksi dan Melayani. Jadi, ketika rasul Paulus berkata; “kamu yang rohani, harus memimpin orang kejalan yang benar ” menunjukan bahwa ada sapaan yang lemah lembut, agar kita selalu memiliki kepedulian terhadap diri dan sesama. Mungkin, cara beribadah kita sudah hebat, tetapi jikalau kita tidak memiliki hati yang peduli, kemungkinan semuanya itu sia-sia. Membangun iman dalam kerendahan hati bagi semua, itulah yang disebut simbol dari Iman biji sesawi.
Karena itu, pesan firman bagi kita “karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”. Mengapa, fokus kepada kawan seiman, bukankah mereka saat ini berada pada pengajaran penyesatan yang terjadi pada kehidupan mereka. Atau mungkin, justru kitalah yang membuat mereka tersesat, karna kita tidak menolong mereka. Mari, introfeksi diri, selalu sadar bahwa ada tanggungjawaab yang besar Tuhan inginkan agar kita lakukan selain sambil menjaga diri agar kita tidak disesatkan oleh dunia dalam pergaulan kita.
Nah, Mengapa harus memberi, kita sebagai Gereja harus peduli…? Ilustrasi : suatu hari ada kisah, tentang seorang Direktur dari sebuah lembaga penanggulangan bencana bercerita tentang seorang pria yang diubahkan hatinya setelah terjadi banjir besar di Grand Forks, Dakota Utara, pada tahun 1997. Pria itu tadinya sangat menentang usaha pembangunan sebuah gedung gereja di dakat rumahnya, namun kemudian sikapnya menjadi lunak ketika melihat bagaimana orang-orang Kristen mengirimkan bertruk-truk makanan dan bantuan bagi para korban. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukan orang-orang percaya dengan uang mereka “di luar tembok” gereja itu telah mengubahkan pikirannya.
Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan..??..Ketika kita membaktikan hidup kita untuk berbuat kebaikan, dibawah bimbingan Roh Kudus. Maka jelas, kita akan menuai hasil yang kekal (Gal 6:8). Di samping itu kita harus terus “berbuat kebaikan”, dalam keseharian atau bahkan yg lebih besar berpartisipasi dalam sekala luas di Gepsultra yang kita cintai ini; mungkin, betapapun kecilnya kebaikan itu, tetapi karena kita tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus akan menepati janji-janji-Nya; “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai….”(Gal 6:9). Apa yang di tuai, tentu keselamatan hidup yang kekal, seperti janji-Nya. Jadi, jika Tuhan Allah telah membuka pintu berkat-Nya bagi kita untuk “berbuat baik bagi semua orang”, baik kepada saudara-saudara seiman atau kepada mereka yang berada “di luar tembok’ gereja kita, marilah kita melakukannya dengan setia. Ini adalah hal sederhana secara Kristiani yang sudah seharusnya kita lakukan dalam menjiwai Iman kita kepada-Nya, bukan hanya karena tindakan itu akan membuat orang yang tidak percaya, menjadi lebih mudah menerima Injil, tetapi juga karena Tuhan Yesus Kristus pun dapat lebih menghargai orang yang suka bermurah hatinya. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin. (HB)